Kenal
si Budi? Pasti kenal. Bila tidak, saya sedikit ragu, apakah Anda pernah
bersekolah atau tidak sebab Budi selalu ada di bangku sekolah. Ya, guru-guru
bahasa terlalu sering mengambinghitamkan nama Budi di sepan kelas. Padahal Budi
tidak bersalah. Kata orang, jangan balas budi karena Budi tidak bersalah.
Halah, alay. Hehehe.
Akhirnya
saya jadi tahu mengapa nama Budi sering disebut-sebut oleh guru di sekolah. Hal
ini mengungkap fenomena Budi di Indonesia. Ternyata, nama terbanyak di
Indonesia menurut BPS adalah “Budi”. Pantas saja dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia di SD contoh namanya itu melulu. Gubrak!
Sebut
saja Budi, alias Budiman, Budi Santoso, Budi Prasetya, Budianto, atau bahkan Budi
Anduk, dan sekutunya yang lain. Nama-nama ini sering sekali kita jumpai. Maka
tidak jarang si Budi menjadi nama terpopuler di Indonesia. Saya mohon maaf bila
nama Anda ada dalam daftar tulisan ini. Bukan bermaksud menjelekkan, saya hanya
ingin menyampaikan fakta tentang “Budi” yang sedang naik daun ini.
Apalah artinya sebuah nama.
Itu pepatah orang dulu hingga sekarang. Jangan salah, nama itu penting. Bahkan
dari menyebut nama, kadang seseorang bisa ditebak status sosialnya. Ini hanya
kadang-kadang saja, tidak semua kasus. Yang pasti, nama itu penting. Bahkan
sejak menunggu kelahiran bayi, para orang tua sudah jauh hari mencari nama
untuk buah hati. Apalagi di dalam Islam, nama merupakan doa bagi anak-anak.
Nama baik yang disandang seorang anak diharapkan kelak sesuai dengan kehidupan mereka
ketika dewasa.
Persoalan
nama itu penting. Perusahaan-perusahaan ternama tidak serta merta memberikan
nama pada produknya. Bahkan nama perusahaan oleh para pengusaha tidak semudah
memberi nama pada orang. Sebab nama memiliki filosofi.
Berkaitan
dengan nama, ketika kuliah dahulu, dosen saya memberikan tugas agar setiap
mahasiswa harus tahu arti dan makna nama kami masing-masing. Saya jadi ragu
bisa menyelesaikan tugas tersebut sebab nama saya tidak berkaitan dengan
apapun. Bahkan maknanya pun saya tidak tahu. Konon orang tua memberi saya nama
Djulaifah yang diambil dari nama kakek. Tumbuh dan beranjak masa kanak-kanak,
saya sering sakit maka digantilah nama saya oleh seorang dokter menjadi “Aswar”.
“Aswar”
sebenarnya tidak memiliki makna. Tidak ada filosofinya. Maka, ketika ada yang
bertanya arti nama saya, saya hanya membela diri dengan mengatakan “As” berarti
Amerika Serikat, sedangkan “war” berarti perang atau memerangi. Jadi makna yang
terkuak “Aswar” berarti seseorang yang kelak memerangi Amerika Serikat, hehehe.
Namun, itu sekadar lelucon. Sebagian teman saya mengatakan, kata “Aswar”
termasuk susah dilafalkan sehingga tidak jarang nama saya mereka ubah menjadi
“Azwar, Azzuar, dan Aswad” Entahlah, bagi saya biasa saja.
Yah,
apalah arti sebuah nama? Pertanyaan konyol ini tidak beralasan sebab manusia
hidup butuh nama. Bukan hanya nama diri tetapi juga nama dalam pengertian yang
seluas-luasnya. Perusahaan punya nama, buku-buku dan tulisan punya nama, kampus
dan sekolah punya nama, mata uang punya nama, bahkan binatang melata pun punya
nama.
Persoalan
nama itu penting. Rumah sakit dan perusahaan yang memiliki nama internasional
harus dipertanyakan kredibilitasnya bila tidak memiliki profesionalisme dalam
hal pelayanan yang baik kepada pasien atau klien.
Begitu
pentingnya sebuah nama hingga saya dan istri cukup sering mendiskusikan nama
yang terbaik untuk buah hati tercinta. Bila stok nama memang sudah habis, ya
terpaksa atau dipaksa, memakai si Budi juga no
problem. Hehehe.
Berkaitan dengan
pemberian nama, Rasulullah
pernah bersabda, “Sesungguhnya kalian
akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan bapak kalian,
maka perbaguslah nama kalian.” (HR.
Ahmad)
Semoga bermanfaat.
0 Komentar:
Post a Comment