“Lupakan
soal suka dan tidak suka. Keduanya bukanlah konsekuensi. Kerjakan apa yang
harus dikerjakan. Mungkin itu bukan sesuatu yang membahagiakan, namun di
situlah terletak kebahagiaan.”
George
Bernard Shaw

Karya
fiksi dan nonfiksi sama baiknya. Keduanya memiliki pembaca yang relatif
bertambah dari tahun ke tahun. Jadi, bila kita menulis dengan mempertimbangkan
peminat alias gairah pembaca, maka tidak ada tolok ukur tertentu apakah
keduanya atau salah satunya menonjol atau tidak. Yang pasti bahwa, baik fiksi
maupun nonfiksi, memiliki stimulus bagi para penikmat buku di Indonesia dan tidak
menutup kemungkinan banyaknya penikmat buku di luar negeri sana.
Bagaimana
mengetahui kita lebih suka dan merasa lebih damai dengan salah satu jenis
tulisan ini (fiksi atau nonfiksi)? Sederhana, ketika kita menulis dan saat itu
kita merasa memiliki ruh dan semangat yang lebih dominan maka di situlah
passion menulis itu kita temukan. Secara pribadi, saya pernah menulis beberapa
cerita pendek (genre fiksi) dan dimuat di majalah yang diterbitkan oleh teman.
Saat itu saya merasa bahwa karya tulis saya ada yang menghargai. Dalam
pengertian, tulisan saya diminati. Waktu berjalan, semakin jauh rasanya saya
semakin tidak nyaman dengan keadaan itu. Bila saya membandingkan kekuatan
menulis saya saat membuat tulisan fiksi dan nonfiksi, ada tarikan kuat ketika
saya mulai menulis alinea ke alinea pada tulisan nonfiksi daripada fiksi.
Rasanya ada sekat yang membatasi keduanya. Ada penulis yang mengatakan, meramu
tulisan fiksi dan nonfiksi justru bagus dan akan menghasilkan karya yang hebat.
Namun, saya belum menemukan jiwa saya untuk menggodok dua jenis tulisan itu
dalam satu judul sekaligus. Barangkali itu salah satu kekurangan saya.
Ketika
beberapa tulisan saya dimuat di media, khususnya karya fiksi, saya tidak
merasakan kedamaian dalam jiwa saya. Saya pikir, itu tidak bertahan lama
kemudian saya hengkang dan mulai menulis nonfiksi. Nyatanya betul. Saya
akhirnya fokus pada- tulisan-tulisan ilmiah walau dalam bentuk sederhana
seperti artikel. Saya bersyukur sebab tulisan-tulisan itu juga diapresiasi oleh
media. Jadi, simpulan yang dapat saya ambil, baik fiksi atau nonfiksi itu
terserah penulis saja. Mana yang rasanya membuat kita sangat bergairah ketika
menuliskannya maka itulah yang barangkali saya sebuat passion menulis kita.
Jadi, kita bisa melakukan hal itu dengan jiwa yang merdeka.
Karya nonfiksi merupakan tulisan yang diramu ke dalam beberapa bentuk; baik artikel,
makalah, paper, skripsi, tesis, dan semacamnya. Karya nonfiksi lebih dominan
kita kenal dengan bahan-bahan tulisan yang bersumber dari berbagai pengkajian
ilmiah seperti buku atau tulisan dengan berbagai literatur berbeda. Itu
sebabnya karya nonfiksi selalu memiliki daftar pustaka karena akan menjadi
bacaan wajib bagi kalangan akademik sehingga pembaca bisa menjadikannya
literatur, baik pembanding atau untuk tujuan akademik dengan melihat daftar
referensi yang tertuang ke dalam tulisan tersebut.
Menulis
pada segmen nonfiksi akan sedikit rumit bagi orang-orang dengan tingkat
pendidikan tidak terlalu tinggi. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa
pelajar sekolah pun bisa menjadi penulis hebat dalam bidang ini. Nah, beda
halnya dengan penulis pemula, yang kalau mau jujur, untuk disebut ilmiah dalam
hal tulisan hasil belajar, tidaklah pantas. Alasannya klasik, penulis pemula
selalu memulai tulisannya dengan karya sederhana untuk menemukan passion
menulis mereka. Jadi, saya sarankan, bagi mereka yang sedang belajar menulis
bisa memulai dengan artikel sederhana atau mungkin juga esai tanpa terlalu terikat
dengan literatur ilmiah atau kebakuan penggunaan bahasa dan ejaannya.
Berbeda
dengan karya fiksi, nonfiksi memiliki kelebihan bagi orang-orang tertentu. Pada
segmen ini, penulis bebas mengekspresikan isi hati dan perasaannya dalam bentuk
tulisan bebas sesuai imajinasi penulis. Menulis nonfiksi saya rasa sangat cocok
bagi para penghayal atau mereka yang daya imajinasinya sangat kuat sebab
menulis pada konteks ini didasari oleh
khayalan tingkat tinggi penulisnya. Jenis tulisan ini juga sangat banyak
peminatnya, khususnya para pelajar sekolah dan mahasiswa. Jika Anda suka
berangan-angan, nah itu sangat cocok dengan jenis tulisan ini. Semakin sering
kita berimajinasi akan semakin serulah isi tulisan kita. Namun demikian, perlu
dipahami bahwa ada tulisan nonfiksi yang tidak murni khayalan sebab ada penulis
yang pandai meramu tulisan ilmiah dengan jenis tulisan ini. Sebagai pembelajar,
tentunya kita tidak perlu memusingkan hal itu.
Dalam
menulis nonfiksi, biasanya juga memiliki rambu-rambu. Namun tentu tidak terlalu
mengikat. Misalnya, dalam hal aturan. Beberapa penulis dalam berbagai literatur
menganjurkan tips-tips menulis nonfiksi sebabagi berikut: pada mulanya kita menentukan
tema tulisan, kemudian menulis kerangka karangan atau biasa disebut outline,
lanjut dengan mengembangkan kerangka karangan, dan pada bagian akhir kita
menuliskan judul yang cocok. Aturan ini tentu bukan momok bagi seorang penulis
pembelajar.
Bagi
saya, metode menulis nonfiksi sebenarnya juga bebas. Kita harus merdeka agar
tidak dijajah oleh kebakuan bahasa dan aturan yang mengikat. Begitu saya kira.
Mau memulai dari judl atau langsung isinya terlebih dahulu, itu bukan masalah.
Kita bebas memilih untuk memulai dari mana saja. Yang penting, kita mau memulai
dan segera menuntaskan ide tulisan itu. Ada banyak penulis yang tulisannya bisa
diterbitkan oleh media tanpa harus mengikuti tetek bengek aturan. Saya kita
setiap orang bebas sebab kita merdeka dalam pengertian seluas-luaskan.
Nah,
sebagai kesimpulan, menulis fiksi atau nonfiksi merupakan pilihan penulis.
Sebagai seorang pemula, menggabungkan kedunya juga baik. Menulis fiksi memiliki
tingkat kerumitan pada daya imajinasi penulisnya, dna tentu saja keterampilan
menuangkan ide dan imajinasinya tadi ke dalam tulisan yang segar dan renyah.
Menulis nonfiksi juga tidak kalah ribet. Kesulitan paling dominan pada aspek
bahan tulisan alias referensi sebab pembaca sangat butuh sumber-sumber ilmu
yang dikutip oleh penulis jenis ini.
Semoga
tulisan singkat ini bisa memberikan pencerahan bagi para pembaca. Bagi Anda
yang ingin menjadi penulis, saya sarankan untuk terus menulis tanpa harus
terikat oleh kedua jenis tulisan ini (fiksi dan nonfiksi). Teruslah menulis,
kelak Anda akan tahu, pada titik tertentu, menulis pada genre apa Anda memiliki
passion yang kuat. Sekali lagi terima kasih atas antusisme Anda membaca tulisan
ini. Tetap semangat dan mari menulis. Menulislah dengan bebas. Merdekalah! Mari
menulis, sebab menulis itu gampang dan membahagiakan. Menulis itu tidak rumit
sebab tanpa teori pun seseorang bisa menulis.
Playtech and GVC Announce The Partnership With 888
ReplyDeleteThe gaming giant, which 군산 출장샵 started operating 888 부산광역 출장샵 at the start of 서산 출장마사지 2019, has teamed up 구미 출장안마 with 888 to create a 고양 출장샵 new gaming brand.