Judul ini mungkin begitu sederhana. Sesederhana isinya. Namun, bagi saya, tidak banyak orang yang bisa menjadi ramah dengan sifat-sifat yang dipaksakan. Keramahan itu sulit, sulit bagi orang yang tidak terbiasa. Menjadi ramah sudah bukan hal tabu. Keramahan ini merupakan sifat yang baik lagi terpuji sebab tidak semua orang memilikinya. Orang yang ramah cenderung memiliki banyak teman dan hubungannya dengan orang banyak akan ebih berkesan dan berdampak baik, tentunya.
Menjumpai orang-orang ramah butuh perjuangan, tentunya. Perjuangan dalam pengertian kebiasaan untuk menegur orang dalam komunikasi yang baik. Ada banyak orang ramah yang sering dianggap kurang ramah karena tutur kata yang tidak berkesan. Ada banyak orang ramah yang menjadi kurang ramah karena perilaku kurang ramah dari orang lain. Orang ramah akan menjadi ramah bila kita ramah. Namun, kabar baiknya, ada orang ramah yang benar-benar ramah tanpa didahului oleh keramahan. Ya, dan manusia-manusia seperti itu ada di sekitar kita. Nyata.
Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang ramah? Yang ketika kita menjumpai mereka, senyum mereka merekah. Bahasa mereka mengalir santun dengan kata-kata penuh kelembutan. Sapaannya menjadikan jiwa dan hati kita terenyuh, dan tanpa sadar bahasa kita mengalir, “alangkah baiknya orang itu”.
Orang-orang ramah biasanya berasal dari keluarga yang baik-baik. Namun demikian, ada juga orang ramah yang menjadi ramah karena lingkungan yang membentuknya. Ada orang ramah yang bahkan latar belakang hidupnya penuh dengan ujian. Mereka menjadi ramah karena keadaan yang menuntutnya demikian. Yang paling berkesan, orang-orang yang menjadi ramah karena kebaikan hati dan amal-amalnya. Semoga saya, dan Anda termasuk kategori ramah tersebut. Ya, semoga demikian adanya.
Saya pernah bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Luar biasa bukan karena kehebatannya dalam “menaklukkan dunia.” Keluarbiasaan itu karena kebaikan akhlaknya. Ketika mendekati mereka, tawaran untuk mengulurkan tangan pun dilakukannya. Saat dalam kesulitan, tidak jarang mereka membuka diri untuk menjadi teman curhat. Bahkan dengan orang yang baru dikenalnya sekali pun. Anda pernah mengalaminya?
Orang ramah itu sungguh menyejukkan jiwa. Tidak salah bila Rasulullah sebagai contoh manusia dengan akhlak yang baik dari kepribadian seorang muslim yang baik sepanjang zaman, menjadi manusia nomor wahid yang menjadi teladan dalam keramahan.
Bila kita melirik kamus bahasa Indonesia, ramah artinya baik hati dan baik budi bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya, suka bergaul, dan menyenangkan. Wah, alangkah menyenangkan memiliki kawan seperti itu, ya. Sepertinya, pengertian yang lebih kompleks tersebut, amat sulit menemukan orang ramah yang sempurna itu. Sebagai seorang muslim, keramahan yang komplit itu hanya ada pada diri Rasulullah sebagai sebaik-baiknya manusia. Namun, setidaknya, memiliki keramahan sebagai manusia yang baik, walau tidak secara kompleks, sudah memiliki nilai sendiri dalam men-judge seseorang itu baik.
Melalui tulisan singkat ini, semoga saya dan pembaca bisa memahami arti penting keramahan. Walau terkesan kurang mendapat perhatian banyak orang, namun ramah tetaplah menjadi tuntutan di tengah banyaknya orang yang begitu kasar dalam bertutur kata, tertutup dalam pergaulannya, dan terkesan kurang menyenangkan saat bertemu dengannya. Ada model manusia yang sangat tidak membahagiakan saat berjumpa dengan mereka. Ada juga model manusia yang ketika tidak ada, kehadirannya sangat diharapkan.
Pernah mendengar orang berteriak dengan kalimat-kalimat yang jorok? Pernah mendengar orang bersumpah serapah memaki keluarga dan kawan-kawannya? Pernah melihat orang yang begitu bersemangat mengumbar aib sahabat dan saudaranya sesama muslim yang mengaku beriman? Pernah menemukan model manusia seperti itu? Kalau pernah, saya sangat yakin, kehadiran mereka di tengah-tengah orang sangat tidak diidamkan. Setiap kali berjumpa dengan mereka, orang-orang menutup telinga agar tidak mendengar celaannya. Saat bertatap muka, mereka begitu bangga menceritakan kebaikan dirinya dan memojokkan kebaikan orang lain di belakangnya. Hmmm, alangkah buruknya manusia seperti itu. Itu ibarat pepatah, semut di seberang lautan tampak, sedangkan gajah di pelupuk mata tidak tampak.
Saya yakin, orang-orang model itu begitu sunyi kehidupannya. Hari-harinya dilalui penuh kepayahan sebab orang-orang baik kerap menjauh darinya. Orang baik, tentu berharap banyak kebaikan dari orang yang baik pula. Orang yang ramah juga berharap baik dari keramahan orang lain. Sebaliknya, orang yang akhlaknya buruk kecenderungannya bergaul dengan orang yang memiliki akhak serupa mereka.
Sebagai catatan akhir, orang-orang ramah itu pastilah banyak kawannya. Bahkan memungkinkan, orang-orang akan senang bersahabat dengannya sebab baiknya akhlak yang mereka miliki. Orang-orang akan senang berjalan dan bergaul bersama mereka. Setiap kebaikan akan menghampiri mereka. Tidak jarang, ketika menghadapai masalah, orang-orang akan bersedia menjadi penolongnya tanpa diminta. Begitulah, orang baik akan baik kehidupannya. Sebaliknya, orang yang kasar lagi bengis, jelaslah sedikit kawan-kawan baiknya kecuali mereka yang juga buruk akhlaknya. Saya kira demikian adanya.
Semoga, saya dan pembaca bisa menjadi orang-orang baik dengan akhlak ramah kepada siapapun yang kita jumpai. Minimal mencontoh akhlak Rasulullah sebagai sebaik-baiknya manusia yang dapat menjadi teladan dalam kehidupan di dunia ini. Ya, semoga. Allahumma aamiin.
Categories:

0 Komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!