Menulis bukan lagi sebuah kerja elite, sulit, mahal, dan artifisial, sebagaimana mulanya. Menulis kini adalah sebuah kerja ‘alamiah’, seperti kita minum, tidur, beranak, bersenandung, atau mencoret-coret gambar. Ia adalah satu kebutuhan dasar.”_Radhar Panca Dahana

Dengan atau tanpa bimbingan dari orang, satu tekad kuat dari seseorang yang ingin menulis pasti dapat melahirkan karya. Menulis itu bisa jadi asyik dan menyenangkan bila kita menyisihkan waktu untuk fokus. Sedikit demi sedikit akhirnya menjadi bukit. Begitu kata pepatah. Menulis sedikit demi sedikit akhirnya menghasilkan karya. Dan dari hasil itulah seseorang belajar dan mempelajari teknik menulisnya sendiri. Dengan begitu, menulis jelas bukan beban.

Kaizen, barangkali pernah mendengar dan membaca istilah ini pada banyak literature dalam pengembangan perusahaan dan organisasi. Kaizen lebih popular melekat pada kehidupan masyarkat Jepang yang kemudian merambah dunia. Dunia Barat sendiri mengadopsinya sebagai suplemen untuk menstimulus semangat para pekerja dalam semua perusahaan-perusahaan besar, ruang lingkup organisasi, dan lembaga kemasyarakatan bersifat sosial. 

Istilah kaizen ini digunakan untuk memacu etos kerja para pekerja di bawah perusahaan. Di Jepang misalnya, sebelum melakukan pekerjaan, semua karyawan diwajibkan melakukan kaizen. Anggaplah kita sebagai seorang karyawan di salah satu perusahaan maka sebelum bekerja kita harus berkumpul dan mengucapkan berkali-kali kata-kata atau kalimat-kalimat sakti mandraguna. Misalnya, saya seorang karyawan yang cerdas, saya karyawan berprestasi, saya karyawan yang inovatif. Berkali-kali dan setiap hari. Mungkin ini latar belakang mengapa Negeri Sakura berkembang demikian pesat melampaui negara-negara lainnya di dunia.

Kembali ke kaizen. Bahasa populernya, afirmasi. “Afirmasi adalah kata-kata yang diulang terus-menerus sehingga masuk ke alam bawah sadar dan menjadi memori yang kuat untuk dipanggil sewaktu-waktu. Kekuatan afirmasi kini banyak digunakan para motivator untuk memasukkan ‘virus’ sukses ke dalam benak orang-orang yang perlu dimotivasi. Misalnya, ketika bangun tidur seseorang dianjurkan untuk melakukan afirmasi dengan kata-kata positif: “Aku pasti sukses! Hari ini aku harus lebih baik! Aku akan sukses!” Kata-kata tersebut diulang setiap kali mau tidur atau ketika bangun pagi dan akan masuk ke alam bawah sadar. 

Otak bawah sadar inilah yang akan bekerja dan diyakini membuat orang tersebut benar-benar meraih sukses.” Demikian kata-kata Bambang Trim dalam ‘Taktis Menyunting Buku’. Sebuah buku yang mengulas tentang metode menyunting buku atau naskah yang akan diterbitkan. Barangkali, dibutuhkan afirmasi agar menyunting bisa dan mudah dilakukan.

Saya pernah membaca literatur perihal arti penting kekuatan alam bawah sadar. Ternyata, sekitar 88% perilaku dan tindakan manusia untuk sukses itu dipengaruhi oleh kekuatan alam bawah sadar. Sisanya, 12% adalah kerja-kerja alam sadar. Jadi kuncinya hanya membiasakan diri menggunakan kata-kata positif untuk meyakinkan diri berbuat yang terbaik dalam kehidupan. Dan ini yang saya maksud kekuatan alam bawah sadar. Disuplay dari luar kemudian di masukkan ke dalam sisi terpendam yang sangat berpengaruh pada jiwa dan perilaku manusia. Hal itu memicu banyak tindakan. Tinggal pilah-pilih suplay yang positif atau negatif.

Berdasarkan argumentasi Bambang Trim, kita dapat menarik kesimpulan sederhana bahwa, afirmasi dapat dilakukan dalam ranah kerja apa saja dan dalam ruang lingkup di mana saja. Menjadi penulis pun demikian. Misalnya, seseorang yang memiliki niat menjadi seorang penulis melakukan afirmasi setiap kali akan memulai menulis, “Saya seorang penulis! Saya bisa menulis dengan baik! Menulis, jiwa dan raga saya!” Terus menerus sampai masuk ke alam bawah sadar. Serupa yang dikatakan Bambang Trim tadi. Inilah perlunya menanamkan tekad yang kuat terlebih dahulu, apakah benar-benar menjadikan menulis sebagai kebanggaan diri atau sekadar pelampiasan emosi

Setengah-setengah dalam menekuni dunia tulis menulis ini akan berdampak sementara pula, dan pada akhirnya menulis bukan lagi sesuatu yang menarik. Kaizen atau afirmasi pun demikian punya makna dan nilai bila kegiatan menulis menjadi sesuatu yang benar-benar dirujuk oleh hati siapapun yang hendak melahirkan karya.

Menyelami makna lain dari afirmasi atau konsep kaizen ini, Tony Barnes dalam bukunya ’Kaizen Strategies for Successful Leadership’ mengatakan, kaizen adalah perbaikan yang merupakan kombinasi makna kata dalam bahasa Jepang, kai yang berarti ‘perubahan’, dan zen yang berarti ‘baik’. Di dunia Barat, kata kaizen sebagai konsep manajemen berarti ‘perbaikan yang terus menerus’. Kaizen berarti perubahan yang terus menerus pada kualitas dan kuantitas tulisan (konsep penulis). Pada akhirnya, dengan konsep yang terus-menerus berubah atau semakin menaiki tangga perbaikan, maka akan lahir tulisan yang memiliki karakter sendiri, ruh, dan value.

Konsep lain untuk memudahkan diri bercengkerama dengan dunia tulisan, kita kenal istilah yang lebih populer dengan Brand Programming System. Brand Programming System atau yang lebih dikenal dengan visualisasi sejatinya adalah penggunaan imajinasi untuk melihat diri kita apa bisa jadinya di masa akan datang. Visualisasi telah banyak membantu orang-orang sukses dalam mewujudkan mimpinya. Saya terheran-heran, bahkan geleng-geleng kepala setelah membaca biografi dan catatan perjalanan kehidupan seorang Anne Ahira. 

Perempuan muda yang sukses itu, dahulu ‘dianggap’ sebagai pengguna narkoba karena kurangnya tidur yang menyebabkan mukanya pucat seperti orang mati katanya, mata merah, dan pernah diusir dari rumah kosnya. Bahkan ibunya ‘berpuasa’ berbicara dengannya selama berbulan-bulan hanya karena keliru menyikapi antusiasme Ahira dalam mewujudkan mimpinya. Ahira menggunakan visualisasi dan sempat bersumpah bahwa ia akan berhasil. Hasilnya, Ahira benar-benar telah menaklukkan mimpinya. Ahira kini dikenal sebagai “Ratu Internet Marketing.”

Lakukan kaizen atau afrimasi kemudian menulislah!
Categories:

0 Komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!