Musik, terus terang saya tidak terlalu gandrung dengan musik. Konon, bahkan beberapa penelitian merilis tentang banyaknya manfaat musik bagi kesehatan. Entahlah. Ketika membuka sebuah situs kesehatan, saya menemukan telaah tentang manfaat musik begini, “Musik adalah bagian terpenting dari kesehatan fisik dan emosional bahkan sejak bayi di dalam rahim ibu, mendengarkan detak jantung dan irama pernapasan. Mendengarkan musik favorit akan membuat suasana hati anda semakin membaik selain itu penelitian yang lebih lanjut menemukan adanya hubungan antara mendengarkan musik dengan kesehatan. Bahkan musik dapat meringankan penyakit yang diderita oleh pasien, selanjutnya ditemukan adanya hubungan kesehatan dengan mendengarkan musik.

Saya tidak terlalu memikirkan pendapat para pakar kesehatan yang mengorelasikan kesehatan seseorang dengan kebiasaan mendengarkan musik. Kata orang, tanpa musik hidup itu hampa. Namun, itu tidak saya jadikan sebagai sebuah akidah. Sudah nyata, dewasa ini sangat mudah kita mendengarkan musik, termasuk lagu. Bahkan tanpa disengaja pun, musik dan lagu senantiasa berseliweran di sekitar kita.

Di terminal, orang-orang suka mendengarkan musik. Di angkutan umum, juga angkutan pribadi, musik senantiasa menggema. Di jalan-jalan Ibu kota sampai pelosok negeri, bocah-bocah dan remaja bangsa sangat piawai memainkan musik. Di sekolah hingga perguruan tinggi pun para pengajar mengajar dengan musik. Bahkan ada yang sengaja kursus dan les musik dengan bayaran selangit. Musik sudah jadi bagian dari kehidupan manusia modern, apalagi mereka yang tinggal di kota-kota besar. Tidak jarang, konser musik dibanjiri pendengar dan penikmatnya dengan biaya yang cukup menggigit. Yang pasti, musik hadir dan menyebar seperti virus yang kebal, tidka terbendung.

Anda suka musik, penggemar musik, atau atau pemain musik? Hmmm, itu pilihan sadar. Bagi saya, musik sepertinya tidak memiliki tempat dan ruang khusus dalam keluarga. Alasan yang paling rasional, saya ingin mendidik anak-anak saya menjadi penghapal Alquran. Bahkan jauh hari, sebelum anak saya lahir, saya dan istri telah melakukan rembug agar kelak anak kami menjadi seorang hafidz. Itu akan sangat membanggakan kami sebagai orang tua, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Penghapal Alquran itu sangat keren :-)

Sudah bukan rahasia, anak-anak penghapal Alquran memiliki tempat yang sangat istimewa dalam masyarakat. Tentu itu bukan tujuan sebab yang mulia dari seorang hafidz adalah menghapal dan beramal dengan Alquran untuk mencari wajah Allah, dan itu berarti akan memuliakan mereka yang mendidiknya juga, orang tua. Secara pribadi, saya sering menangis bila melihat anak-anak penghapal Alquran berseliweran di sekitar saya. Entah mengapa, namun itu sangat luar biasa bagi saya. Ada sentuhan yang sangat lembut menembus qalbu ketika mendengar lantunan ayat suci dibacakan oleh para penghapalnya. Mungkin itu yang menggerakkan saya agar kelak memiliki anak-anak qurani.

Satu pengalaman kurang berkesan di suatu hari, ketika saya, istri, anak, dan ibu mertua hendak ke Jakarta dari terminal Slawi, Jawa Tengah. Sudah menjadi kebiasaan, para sopir angkutan menyetel musik dan lagu dengan suara menggelegar dia atas kendaraan mereka. Bahkan tanpa memedulikan para penumpang, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, pasti akan dinikmati. Ketika bus yang kami tumpangi muali bergerak dan melaju, benar saja, musik mulai mendayu-dayu. Saya gelisah, gusar, namun tidak bisa berbuat banyak. Maka, handphone istri yang memuat beberapa aplikasi islami segera saya bunyikan. Menggemalah lantunan ayat suci dari ponsel istri. Saya mendekatkannya ke telinga anak kami yang sedang tertidur pulas. Tujunnya, agar musik tidak mebgusik pikirannya. Suasana seperti itu terus berlangsung sampai ponsel istri lowbat. Saya pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Anda suka musik? Silakan, saya mungkin punya pendapat sendiri mengenai ini sebab saya punya cita-cita berkaitan dengan pertumbuhan anak saya. Saya ingin anak saya tumbuh menjadi penghapal Alquran. Maka saya sangat setuju bila ada yang mengatakan bahwa Alquran dan musik tidak bisa hadir dalam diri seorang muslim secara bersamaan. Mungkin itu sebabnya saya belum pernah menemukan seorang penghapal Alquran yang gandrung dengan musik. 

Rasulullah pernah bersabda, “Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan ummatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik....” Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq dengan lafazh jazm/ tegas.
Categories:

0 Komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!